Rabu, 14 Mei 2014

INISIASI 7 TEKNOLGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI

Di dalam era informasi dimana INTERNET merupakan media yang mudah dimanfaatkan di seluruh pelosok dunia, istilah Digital Library (Perpustakaan Digital), E-Library (Perpustakaan Elektronik), dan Virtual Library (Perpustakaan Maya) mulai sering kita dengar dan menjadi perbendaharaan kosa kata baru dalam bahasa kita Kenyataan bahwa pada era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau TIK telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global. Hampir setiap lembaga termasuk perpustakaan berlomba untuk mengintegrasikan TIK untuk membangun dan memberdayakan civitas akademikanya berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Pemanfaatkan kehadiran TIK ini dirasakan sangat penting karena eksistensinya memberikan banyak manfaat. Di samping itu, penyebaran informasi menggunakan TIK ini jauh lebih efektif dan efisien. Perpustakaan memanfaatkan teknologi informasi dalam upaya mengelola serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pengguna perpustakaan.
Sistem otomasi perpustakaan merupakan salah satu bentuk implementasi teknologi informasi di perpustakaan. Sistem otomasi perpustakaan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi meliputi  software dan hardware dalam upaya melaksanakan berbagai tugas pelayanan dan pengelolaan perpustakaan. Saat ini telah banyak perpustakaan di tanah air yang menerapkan sistem otomasi tersebut. Kesadaran berbagai perpustakaan di tanah air untuk menerapkan sistem otomasi dilatarbelakangi alasan bahwa otomasi perpustakaan memberikan manfaat besar bagi pengelola serta pengguna perpustakaan.
Namun, di sisi lain masih sangat banyak dijumpai perpustakaan di Indonesia yang belum mampu mewujudkan sistem otomasi perpustakaan. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan tentang sistem otomasi perpustakaan disertai dengan beberapa anggapan yang keliru mengenai sistem otomasi tersebut. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa otomasi perpustakaan merupakan program yang membutuhkan dana yang cukup besar dalam mengimplementasikannya. Anggapan seperti ini muncul karena selama ini perpustakaan harus mengalokasikan sejumlah dana untuk membangun sistem otomasi perpustakaan. Khususnya pengadaan perangkat lunak (software) masih diasumsikan sebagai sesuatu yang sangat mahal bahkan bisa melebihi harga perangkat keras (hardware). Akibatnya, banyak perpustakaan yang belum mampu menerapkan sistem otomasi dan masih tetap mempertahankan perpustakaan tradisional dengan konsep manualnya.
Padahal jika mau menelaah dan mengamati informasi saat ini, harga perangkat keras semakin terjangkau karena persaingan di dunia bisnis komputer semakin tinggi. Sedangkan beberapa perangkat lunak untuk aplikasi sistem otomasi perpustakaan dapat diperoleh secara bebas (gratis). Kondisi ini seharusnya merupakan peluang bagi perpustakaan di Indonesia untuk mengimplementasikan sistem otomasi perpustakaan. Sayangnya, banyak perpustakaan yang belum menyadari peluang ini.
. Ketiga istilah tersebut mempunyai konotasi yang sama yaitu merujuk pada perpustakaan yang tidak berwujud. Manfaat perpustakaan elektronik/digital tidak hanya dirasakan oleh pengguna perpustakaan tetapi juga dapat dirasakan oleh pustakawan atau staf perpustakaan. Kemajuan teknologi memungkinkan masyarakat melakukan rutinitas lebih cepat hingga waktu yang digunakan dapat efektif dan efisien. Perkembangan ICT melahirkan sebuah perpustakaan berbasis komputer.

Paradigma lama tentang perpustakaan dengan berbagai kerumitannya dalam melakukan pengelolaan perpustakaan kini terhapus. Penerapan teknologi informasi di perpustakan saat ini sudah menjadi sebuah ukuran untuk mengetahui tingkat kemajuan dari perpustakaan tersebut, bukan lagi pada besarnya gedung, banyaknya rak buku, ataupun jumlah pengunjung setiap harinya. Manfaat yang lain yaitu diantaranya : Sebagai sumber pengetahuan, Media penyebaran pengetahuan , Untuk penyimpanan ( repository ), Untuk perawatan ( preservasi ), Media promosi, Mencegah duplikasi , Pertukaran informasi berjalan sangat cepat, sehingga sumber-sumber informasi pada perpustakaan digital tersedia dalam informasi yang baru, Perpustakaan digital ini dapat menghemat waktu, menghemat tenaga, menghemat biaya dan tempat. Bagi perpustakaan dan pustakawan dapat menghemat anggaran, meringankan perkerjaan, meningkatkan layanan , menimbulkan rasa bangga, dll.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem otomasi perpustakaan merupakan suatu aplikasi yang digunakan untuk menangani berbagai tugas dan kegiatan untuk pengelolaan sistem dan manajemen perpustakaan seperti pencatatan, perekapan, pencetakan, pelaporan, dan sebagainya dengan menggunakan teknologi komputer. Beberapa cakupan aktivitas layanan di perpustakaan yang bisa dilakukan oleh sistem otomasi perpustakaan adalah manajemen pengadaan (akuisisi) bahan pustaka, layanan penelusuran koleksi yang dikenal dengan istilah Online Public Access Catalogue (OPAC), manajemen pengolahan bahan pustaka, manajemen keanggotaan, manajemen sirkulasi, manajemen inventarisasi koleksi, manajemen pelaporan, dan manajemen kendali terbitan berseri. Beberapa aplikasi sistem otomasi perpustakaan bahkan memiliki fitur mampu menampilkan koleksi digital dalam beragam format dan berbasis multimedia.
Beberapa tujuan dan manfaat dari adanya sistem otomasi perpustakaan adalah :
  1. Meringankan beban pekerjaan, khususnya yang rutin dan berulang-ulang,
  2. Menghemat waktu dan tenaga sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam bekerja,
  3. Memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dilakukan secara manual,
  4. Memberikan hasil pekerjaan yang konsisten dan akurat,
  5. Memberikan kualitas layanan kepada pengguna,
  6. Meningkatkan pencitraan yang positif terhadap perpustakaan,
  7. Meningkatkan daya saing,
  8. Meningkatkan kerja sama antar perpustakaan (HS, 2009:223).
Gerakan open source membawa perubahan besar dalam dinamika perkembangan perangkat lunak di dunia, terutama dengan kehadiran free open source software (FOSS). FOSS merupakan turunan dari gerakan open source yang memungkinkan perangkat lunak jenis ini diperoleh, digunakan secara gratis, dimodifikasi dan didistribusikan kepada masyarakat luas.
Menurut Rusmanto Maryanto (Pakar Linux), FOSS makin banyak digunakan organisasi, perusahaan, pendidikan pemerintahan, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan beberapa hal, seperti menghemat biaya total kepemilikan software, karena biaya lisensinya gratis atau sangat rendah dibandingkan software proprietary. FOSS jelas memberikan lebih banyak kebebasan dibandingkan software proprietary karena ketersediaan kode sumber program yang boleh dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. FOSS juga relatif lebih aman  dari gangguan virus atau malware lainnya (Maryanto, 2012).
Gerakan open source dan FOSS ternyata juga berdampak terhadap dunia perpustakaan. Kehadiran FOSS memungkinkan perpustakaan mewujudkan pengelolaan perpustakaan berbasis teknologi informasi tanpa harus memikirkan dana pengadaan perangkat lunak karena perangkat lunak yang dibutuhkan dapat diperoleh secara gratis. Hampir semua perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mengembangkan perpustakaan berbasis teknologi informasi tersedia secara gratis. Berbagai perangkat lunak untuk keperluan membangun sistem otomasi perpustakaan, membangun perpustakaan digital, membuat website perpustakaan, membuat forum online untuk komunikasi pustakawan dan pemustaka, dan membuat eksiklopedi online, dapat diperoleh secara gratis.
SLiMS merupakan perangkat lunak yang termasuk dalam kategori FOSS, SLiMS berkembang sangat cepat. Sejak dirilis akhir tahun 2007 sampai dengan sekarang, perangkat lunak ini telah empat belas kali mengalami upgrade sistem mulai dari Senayan3 Stable 3 hingga mencapai versi Senayan versi 7.

Sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan, SLiMS mampu mempermudah berbagai kegiatan manajemen administrasi perpustakaan. Jika melihat modul yang disediakan SLiMS, perangkat lunak ini mampu menjalankan berbagai fungsi manajemen administrasi yang ada di perpustakaan. Kegiatan pengolahan, peminjaman, pengembalian, pemesanan koleksi, penyiangan, manajemen anggota, fasilitas pencetakan barcode (barcode koleksi dan kartu anggota) serta berbagai jenis laporan. Melalui modul pelaporan yang cukup lengkap, SLiMS dapat membantu pihak manajemen untuk membuat kebijakan pengadaan atau sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan suatu kebijakan bagi pengembangan perpustakaan. Semua kegiatan ini mungkin dilakukan dengan menggunakan modul yang ada di SLiMS. Modul yang ada di SLiMS, antara lain modul Bibliografi, Sirkulasi, Keanggotaan, OPAC (Online Public Access Catalog), Inventarisasi Koleksi, Master File, Sistem, Pelaporan, dan Kontrol Terbitan Berseri.

Referensi :

0 komentar: